PANDEMI covid-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun mengakibatkan banyak sektor ekonomi terpukul, termasuk industri rokok elektrik. Industri ini ikut terdampak pandemi setelah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan banyaknya berita hoaks seputar rokok elektrik.
Untuk membangkitkan kembali industri rokok elektrik, MOVI menggelar klinik di empat kota yakni Bogor, Lombok, Serang, dan Purwokerto pada pertengahan Mei lalu. Klinik ini ditujukan bagi pemilik toko rokok elektrik dan vaporista. Klinik dihadiri lebih dari 60 peserta dari kalangan vaporista. Seperti diketahui toko vape yang sebagian besar UMKM terpukul oleh pandemi. Vaporista merupakan salah satu unsur penting dalam eksosistem industri rokok elektrik. Vaporista ibaratnya seperti barista di kafe yang menentukan aroma dan cita rasa rokok elektrik. Dalam klinik tersebut MOVI menjelaskan perkembangan teknologi elektronik dan bioteknologi yang telah melahirkan banyak inovasi baru. Salah satunya inovasi VNS (vapor not smoke) di bidang rokok elektrik sebagai pengganti rokok konvensional melalui produk-produk seperti IQOS, KUY, AFLO, dan RELX. “MOVI klinik menjadi bentuk sumbangsih dan gotong royong kami untuk membantu semua pelaku industri ini, sehingga industri ini bisa berkembang lebih baik dan menjadi alternatif bagi perokok dewasa untuk bisa mendapatkan asupan nikotin dengan cara yang jauh lebih aman tanpa merugikan kesehatan,” ujar CEO MOVI, CEO MOVI dan Penasihat Aliansi Vaper Indonesia. “Pengguna rokok konvensional di Indonesia diestimasikan berada di kisaran 70 juta-80 juta. Sebagian besar ialah perokok dewasa yang telah mengerti mengenai risiko kesehatan dari rokok konvensional,” imbuh Dimasz.
Untuk meyakinkan para peserta tentang keamanan rokok elektrik, MOVI memaparkan temuan ilmiah dari American Council on Science and Health yang menjelaskan bahwa rokok elektrik jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan rokok konvensional. Demikian juga dengan Public Health of England dari Inggris yang menyatakan bahwa rokok elektrik jauh lebih kecil risikonya dibandingkan rokok konvensional. Bahkan, pemerintah Inggris telah mengeluarkan imbauan bagi penguna rokok konvensional untuk beralih ke rokok elektrik. Strategi penjualan juga tak luput dari perhatian. MOVI mengajarkan sistem retail dan cara penjualan yang baik, sehingga omzet toko tidak terlalu terpuruk di masa pandemi. Selain itu, para peserta juga mendapatkan tips dan trik menjual dan berpromosi secara online. “Kami sangat senang dengan MOVI klinik karena omzet toko kami turun drastis selama pandemi, bahkan ada beberapa member yang turun omzetnya hingga 80%. Terlalu banyak produk yang membanjiri pasar dan kami sebagai toko bingung dalam memilih produk. Apalagi harga produk lain selain MOVI sangat tidak stabil, sehingga banyak sekali stok mati di toko. Kami berharap pemerintah juga melakukan standardisasi, sehingga kualitas dan mutu bisa terjaga dengan baik,” ujar Audiar, vaporista dari King Vapor, Serang.
Dalam kesempatan tersebut MOVI juga memperkenalkan smoking replacement pod terbaru merek Aflo dan inovasi garam nikotin pengganti rokok yaitu NICSAL99+ yang terkandung dalam semua likuid produksi MOVI seperti eliquid AFLO dan KUY. Dimasz menyatakan tren penggunaan rokok elektrik ini telah meningkat jauh di dunia, bahkan beberapa badan kesehatan pemerintah negara Eropa telah memberikan imbauan kepada para perokok konvensional untuk beralih ke rokok elektrik, karena risiko kesehatan yang jauh lebih kecil. Banyak sekali artikel ilmiah di database Scopus, atau Google Scholar yang memberikan telaah detail ilmiah mengenai harm reduction effect dari rokok elektrik.” (RO/OL-14)
Sumber Artikel : https://mediaindonesia.com/nusantara/411797/klinik-gratis-bagi-umkm-dan-vaporista-rokok-elektronik